Sabtu, 15 Agustus 2009

Hang Out @ Muslim Fair 2009

Saya dan teman-teman sekamar baru saja pulang dari Gedung Mandala Bakti Wanitatama. Kami bertiga: saya, Dewi, dan Yulia mengunjungi Jogja Muslim Fair 2009. Kami berangkat dari asrama ba’da maghrib (pas adzan isya pada tepatnya, hehe). Alhamdulillah, jalanan kota Jogja di malam hari agak lengang (biasanya rebutan jalan ma Kopata, Aspada, Damri, hehehe), jadi kami bisa berkendara dengan asik sambil menikmati kota Jogja di malam hari.

Sampai di Mandala Bakti, parkiran mobil dan motor sudah penuh (seperti biasa kalau lagi ada even pameran disana pasti tempat parkir selalu full dari pagi mpe malam). Ya, tak heranlah, karena memang kegiatan ini dimulai dari pagi hingga malam hari.

Setelah memarkir kendaraan, kami bergegas memasuki pameran. Dan tadaaa!!!! Stand yang pertama-tama kami masuki adalah stand pakaian…. Namanya juga perempuan, hihihi. Kami melihat dan menyisir stand yang didirikan sepanjang hampir separuh panjang halaman gedung tersebut, siapa tahu ada pakaian atau jilbab atau aksesoris-aksesoris “girly” yang nempel di hati. Setelah seluruh stand tersisir habis, akhirnya saya memutuskan untuk membeli sepotong rok. Yah, nggak bagus-bagus amat sih, tapi lumayan buat mix and match sama pakaian lain yang sudah lebih dulu dipunyai sebenarnya sih lagi nyari padanan yang pas buat kain batik seragam keluarga buesar saya, hehehe, sedangkan Dewi dan Yulia memutuskan untuk tidak membeli barang disitu.

Di akhir stand pakaian, di belokan jalan sebelah kiri kami melihat ada beberapa stand makanan. Hmmmmm…. Aroma yang terkabar lewart angin sudah cukup meyakinkan kami kalau makanan yang dijajakan disitu enak dan sudah pasti halal, jadi kami nggak mampir dengan alasan kesehatan, eh waktu. Di belokan jalan yang kekanan, kami lihat ada satu stand VCD dan buku yang sepertinya mengkhususkan diri pada ranah perjuangan. Kami lihat ada beberapa ikhwan berdiri di depan stand tersebut. Ooo, rupanya mereka sedang asyik menyimak tayangan VCD yang disetel oleh penjaga stand. VCD itu mengisahkan tentang suasana perang yang terjadi di Irak (sepenangkapan kami, dari subtitle yang kami baca sekilas-sekilas). Kami pun berhenti sebentar untuk melihat tayangan tersebut, tetapi lama kelamaan kami merasa ngeri, karena suasana yang ditampilkan memang suasana pada saat perang terjadi, dimana terjadi baku tembak di perumahan. Tergambar, rumah yang tadinya bagus, mewah (bahkan diperlihatkan pula ada AC yang terpasang) menjadi rumah yang sama sekali tidak berharga di tengah peperangan seperti itu. Rumah itu sudah tidak bisa dijadikan tempat tinggal lagi, bahkan untuk berlindung pun tidak… sampai disitu kami beristighfar, merasa ngeri dengan keadaan tersebut, dan kemudian bersyukur, bahwa kami masih menjalani kehidupan yang penuh damai… Terima kasih ya Rabb..

Kemudian kami masuk ke Balai Shinta (kalau tidak salah, hehehe). Mulailah pertarungan antara kocek kami dengan harga buku-buku yang sangat menarik, bisa dipastikan wajah kami mupeng. Kami sibuk hunting buku yang oke dengan harga miring. Sebenarnya saya tertarik juga untuk membeli buku, tetapi karena prioritas saya saat itu adalah bukan buku (pisss….), maka saya memutuskan belum tidak membeli satupun buku. Yulia dan Dewi membeli masing-masing 2 novel dan 1 buku keluaran Zahra Publishing lumayan bisa pinjam, wkwkwkwk. Waktu di stand Togamas, saya ketemu teman lama saya, Orta. Ternyata dia sudah kerja di UGM. Turut senang deh.

Oya, waktu kami masuk Balai Shinta, ternyata baru saja mulai acara bedah buku Pro-U Media “Lelaki Penggenggam Kairo” dengan pembicara Ustadz Abdullah Sunono dan Ustadz Dwi Budiyanto. Kami juga baru tahu, ternyata kami ketinggalan momen langka di hari ini, yaitu tabligh akbar bersama Ustadz Abu Bakar Baasyir yang diselenggarakan pagi hingga siang hari tadi. Huuuhuuuhuu sedih deh, tapi nggak papalah, namanya juga nggak tahu.Semoga bisa di lain kesempatan.

Akhirnya setelah puas menyusuri stand-stand buku, VCD, dan lain-lain yang digeber dalam satu balai, kali memutuskan untuk pulang. Khawatir juga kami, nanti sampai asrama semoga Pak Sigit belum ngunci gerbang, atau kalau gerbang sudah dikunci, semoga beliau mau membukakan gerbang untuk kami. Hehehe.

Alhamdulillah, setelah beli nasi goreng di penyetan dekat kampus analis langganan kami, kami sampai di asrama dengan selamat dan gerbang belum ditutup. Pak Sigit baik, nungguin kami pulang kali ya, wkwkwkwk.

Acara pergi bareng ditutup dengan makan nasi goreng bareng di kamar. Setelah makan, kamipun bubar jalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar