Kamis, 19 November 2009

Pascawisuda #1

Waaa.. Lama juga tidak posting. Tidak terasa sudah 2 bulan lebih tidak posting, jadi merasa tidak produktif (memangnya kalau posting sudah bisa menghasilkan sesuatu apa? Hehe, yaa minimal menghasilkan tulisan lah).
Perjuanganku baru saja dimulai setelah Gaudeamus Igitur menggema hingga langit2 ruang wisuda kami. Percayalah, wisuda bukan akhir perjalanan belajarmu, tetapi merupakan awal perjuangan untuk masa depanmu kelak serta bagaimana bisa mengamalkan ilmumu di ranah kerja.
Hari2 awal setelah wisuda kulewati dgn menyibukkan diri mengurus surat2: SKCK dan Kartu Kuning (walau warnanya sekarang sudah tak kuning lagi). Kemudian bersama dgn ribuan pelamar yang lain aku mencoba mengetuk pintu rezekiNya melalui tes CPNS. Yang pertama aku ikut tes CPNS Depkes pusat. Hmm.. Setelah penantian panjang, panitia memutuskan aku tidak lulus uji tulisnya. Yaah tidak apa-apalah, mungkin memang belum rezekiku. Selanjutnya aku juga mendaftar CPNS di Kota Yogyakarta dan Pemda Temanggung, kota kelahiranku. Entahlah, dua2nya sama2 berat bagiku. Aku hanya memohon agar jika memang salah satunya adalah pintu rezekiku, maka mudahkanlah Ya Rabb.. Amiin.
Hari2 menunggu pengumuman kugunakan untuk belajar (????). Tapi beda tipis dgn "pengacara2" (pengangguran bnyk acara) lainnya, waktuku banyak kuhabiskan untuk hal2 yg agak "remeh-temeh" seperti melakukan pekerjaan rumah tangga dan jadi penunggu setia layar kaca. Yaah, mencoba menikmati jadi pengacara walaupun jika stres sudah menimpa, rasanya cuma ingin marah2 melulu. Hehe.
Tapi masih juga bolak-balik Jogja untuk menyelesaikan administrasi (ups, KTI ku belum kusampaikan pada pembimbingku, hehe), juga uji kompetensi.
Hmmm.. Intinya, we're all still waiting..

Jumat, 11 September 2009

Moody

Kadang-kadang saya merasa ingin protes. Entah protes pada keadaan atau apapun lah. Hmmm… kalau lagi begini saya menyadari betul betapa moody saya.

Sebenarnya tidak ada apa-apa yang serius sih, hanya barusan saya mengalami peristiwa yang membuat mood saya sedikit terusik (sebenarnya bukan hanya kali ini, tetapi beberapa kesempatan yang lalu pun kalau boleh diingat, saya juga merasa hal yang sama – sebenarnya memang saya yang terlalu sensitive -- ). Jadi begini, beberapa minggu terakhir ini kami memang sedang sibuk-sibuknya menyelesaikan tugas akhir kami. Jadilah, kami para mahasiswi ini rajin mengantri didepan ruang masing-masing dosen pembimbing hingga koridor kantor untuk sekedar bisa mendapat bimbingan dan arahan aka setor muka dengan masing-masing pembimbing. Biasanya kami akan menulis daftar antrian di depan ruang dosen yang bersangkutan demi menghindari terjadinya kerusuhan dan marah2 antarteman jika antriannya diserobot. Ada yang menunggu cuma beberapa menit, beruntung jika ia berada di antrian teratas atau dosennya sedang “legowo” untuk menemui barisan panjang mahasiswa culun, kemudian ia bisa segera masuk ke ruangan dosen untuk menerima “wejangan” yang kadang-kadang sedikit sulit untuk direalisasikan, walaupun tidak jarang itu juga merupakan solusi, tetapi seringkali kami kebingungan dibuatnya… Apa maksud beliau…

Lalu, yang sedikit tidak beruntung akan harus menunggu lebih lama. Satu jam, dua jam, tiga jam, empat jam, hingga sore datang. Beruntung jika dosen yang bersangkutan mau menerimanya, memberikan wejangan di tengah lelah yang sudah mendera hingga tanpa sadar apa yang diewejangkan bernada marah, sebal, dan menyalahkan. Huuu…sakit. Lebih sakit lagi jika sudah menunggu seharian penuh, penantian ini berujung pada kata-kata sakti tak terbantahkan dari sang dosen: “Saya mau ngajar”, “Saya mau pulang”, atau “Saya nggak ada jadwall konsultasi hari ini”, atau “Kayak gini aja nggak ngerti, kayak anak TK aja” (ups, yang ini tentu bisa dibantah).

Yang paling senang ketika mendapatkan dosen pembimbing yang masih junior. Menemuinya mudah, tidak mudah tersinggung, mengirim sms pasti dibalas kalau ada pulsa, hehe, kalau ada kesulitan serasa dirangkul dan diberi solusi, waktu ujian membantu (dengan catatan sering konsul dan tidak “kebangetan”), ketemu di lorong sering nyapa duluan. Pokoknya surganya bimbingan, walaupun secara ilmu kadang-kadang terkesan kurang menguasai, tp love u full-lah istilah anak-anak muda jaman sekarang.

Anyway, sebenarnya bukan itu poin saya. Saya cuma mau bilang, alangkah enak dapat pembimbing yang enak (ya iyalah, apa sih maksudnya). Kalau dapat pembimbing yang enak, emang enak (tuh kan, apalagi sih maksudnya). Saya kadang-kadang iri pada teman-teman saya yang dengan mudahnya dapat persetujuan pembimbing, dapat bimbingan pembimbing, ya intinya dengan mudah melalui semuanya, padahal menurut saya, dia mampu untuk mendapatkan pembimbing yang lebih senior dan lebih “berbobot”, tapi entah, mungkin sudah jalannya untuk mendapatkan pembimbing dan penguji yang “enak” selama kuliah. Huff... tapi nggak ding, saya nggak jadi iri (tuh kan, maksudnya apa gitu).

Because i always get the best in my life (saya nggak tahu dapat kuotasi ini dari mana, mungkin setelah saya merenungi perjalanan saya, hohoho).

Jumat, 04 September 2009

He Is There (Sami Yusuf)

Ini adalah lirik salah satu lagu favorit saya dari Sami Yusuf , He Is There

enjoy... ^_^


Some might say this world today shows
God's left us to our mistakes oh
He has never been so far away
Some might say
How could any father stand
To see his children across so many lands
Suffer so and give no helping hand
No helping hand

And somewhere tonight
Far away and out of sight
There's a child that's too weak to cry
Look deep in those eyes
Can't you see him in disguise?
Reaching out to the heart that's in you and I

In every tear
That is where
He is there

He's the hand that wipes that brow
He's the tear that trickles down
Upon the face that cries without a sound
'We need you now'
What a simple choice to make
Between what you give and what you take
When what you give
Such precious life precious life would save
Life would save

And somewhere inside
There's a part of you asks why
Would he leave so many so far behind
Look deep in those eyes
Can't you see him in disguise
Reaching out to the heart that's in you and I

In every tear
That is where
He is there

Look again don't hide your eyes
He is there in disguise
Reaching out to you and I
He is there in every tear
Not far away he's right here
Oh how could he be more near


Jumat, 21 Agustus 2009

1 Ramadhan 1430 H


Allahumma bariklana fii Sya’ban wa balighna Ramadhan.

Malam ini adalah malam pertama Bulan Ramadhan 1430. Saya melaluinya dengan absen mengikuti tarawih pertama malam ini.

Ada beberapa hal yang saya catat dalam hati saya malam ini tapi sekarang saya catat juga di blog, hehehe.

Yang pertama, bahwa langkah saya sudah dimudahkan Allah diawal Ramadhan, tepat di hari Jumat yang mulia ini. Ujian yang saya lalui seharian penuh ini berhasil dengan dinyatakannya kelulusan saya oleh penguji (terimakasih bu, walaupun banyak proses yang “termaafkan” oleh anda berdua. Semoga langkah anda juga dimudahkan oleh Allah, sebagaimana langkah saya, amiin). Ya, dengan demikian saya masih punya satu big project lagi. PR besar saya di Bulan yang Mulia ini, yaitu menyelesaikan tugas akhir saya. Hufffff…. Entah kapan semangat untuk menyelesaikannya akan muncul dan membakar saya. Tapi yang jelas, saya masih terus berdoa, mengetuk pintu Allah, agar saya juga dimudahkan lagi. Ya Allah, permudahlah lagi langkah2 saya berikutnya.

Tentang memohon untuk dipermudah ini, saya pernah punya satu pengalaman. Dalam sebuah AMT (Achievement Motivation Training) yang pernah saya ikuti, salah seorang Ustadz yang memberikan materi kala itu mengatakan bahwa, seharusnya kala kita berdoa pada Allah, kita memohon agar kita diberi kekuatan untuk melalui setiap step yang telah Allah tentukan. Intinya, karena setiap step itu berjenjang, maka ketika kita lolos pada satu step, kita berharap akan lolos pada step berikutnya, dengan demikian, kualitas kita akan semakin meningkat karena kita selalu berhasil melalui step2 yang berjenjang itu. Wallahua’lam, tapi yang pasti ada saatnya kita minta diberi kemudahan, dan ada saatnya pula kita meminta diberi kekuatan (tapi menurut saya mungkin lebih baik meminta keduanya pada Allah… ^_^).

Selanjutnya, karena malam ini saya belum bisa ikut tarawih, maka saya putuskan tadi untuk keluar bersama sohib saya yang paling hib, Yulia, untuk cari makan (cari makan? Yang jelas nggak di lampu merah, hehehe). Kami berhenti di jalan paris, makan di pinggir jalan (ya iyalah, mosok mau di tengah jalan, udah hang kali) di warung OKE namanya. Hmmm.. makan rica2 ayam ma ca kangkung sedap. Tapi itu nggak penting. Yang saya catat dalam hati adalah, subhanallah, langit di malam pertama Ramadhan 1430 H ini begitu cerahnya, indaah sekali. Udara juga sejuk menyapu pori2 kulit kami. Ya Rabb, jadikan kami hamba-Mu yang pandai mensyukuri nikmat…

Selanjutnya adalah, ketika sudah sampai asrama lagi dan kemudian online, saya menjumpai kejadian yang membuat air mata saya hampir2 tidak terbendung. Tapi Alhamdulillah saya masih mampu mengendalikan perasaan saya yang seketika berubah menjadi sentimental. Tentang kejadian ini, biarlah benar2 saya catat dalam hati saja. Not for share, hehe.

Well, sebenarnya masih ada banyak hal lagi, tapi saya udah capek nih, disambung lain kali aja, dengan tema yang lain juga deh, insyaallah.

Ramadhan ya Syahrul Mubarak, semoga kita menjadi insan yang lebih baik lagi dalam menempuh dan melalui Ramadhan. Insyaallah, amiin. Selamat berpuasa teman2

Selasa, 18 Agustus 2009

Mother, How Are You Today?

Mother, how are you today?

Here is a note from your daughter.

With me everything is ok.

Mother, how are you today?

Mother, don't worry, I'm fine.

Promise to see you this summer.

This time there will be no delay.

Mother, how are you today?

I found the man of my dreams.

Next time you will get to know him.

Many things happened while I was away.

Mother, how are you today?

(Maywood)



Kayfa haluki yaa Ummi...?


Sabtu, 15 Agustus 2009

Acara Pendukung Jogja Muslim Fair 2009

Berikut adalah Acara Pendukung Jogja Muslim fair 2009

Rabu, 12 Agustus 2009
09.00-11.00 Pembukaan oleh Bpk. Sri Purnomo (Wabup Sleman & Ketua Masy. Ek. Syariah DIY) dimeriahkan pentas Hadroh & Nasyid
13.00-15.00 Parade Nasyid Jogja (Asosiasi Nasyid Jogja) Sesi I
15.00-17.00 Parade Nasyid Jogja (Asosiasi Nasyid Jogja) Sesi II
19.00-21.00 Talk Show Pelajar: Smart, Young, and Fresh: Are You? Bersama Dr. Adhyaksa Dault (Kemenegpora RI), Agung Widodo,S.Kom (Ketua Kapmepi DIY), dan Irwan Indra (Pimp. Umum Free Magz Façade)

Kamis, 13 Agustus 2009
15.00-17.00 Bedah Buku Gaza Media Solo “Kalo ke Surga Mudah Ngapain Susah-susah ke Neraka” bersama Erwan Raihan (penulisnya)
19.00-21.00 Bedah Buku Pro-U Media “Engkaulah Kekasihku” pembicara Fadlan al-Ikhwani (penulisnya) dan Salim A. Fillah (Penulis Buku Jalan Cinta Para Pejuang)

Jumat, 14 Agustus 2009
09.00-11.00 Tabligh Akbar bersama Ustadz Abu Bakar Ba’asyir
15.30-17.30 Parade Nasyid Jogja (Asosiasi Nasyid Jogja) Sesi III
19.00-21.00 Bedah Buku Pro-U Media “Lelaki Penggenggam Kairo” bersama Ust. Abdullah Sunono (praktisi dakwah) dan Ust. Dwi Bdiyanto (penulis buku Prophetic Learning)

Sabtu, 15 Agustus 2009
15.00-17.30 Bedah buku KAFAYEH media “Agar Syahadatmu Tidak Sia-sia” oleh Ust. Mahasin Zaeni (Al Misbah)
19.00-21.00 Bedah buku Pro-U Media “Betapa Allah Menyayanngiku, Saudariku” pembicara Ratna Dewi Idrus (penulisnya) dan Nunung Bintari (aktivis muslimah)

Ahad, 16 Agustus 2009
09.00-11.30 Lomba gambar dan mewarnai (TK & SD) di panggung utama Muslim Fair 2009
09.00-17.00 Workshop Ceria Metode Pembelajaran ABATA bersama Ust. Saiful Anwar (Direktur Labbaika Qur’anic Education Centre Jakarta) di Balai Utari

Senin, 17 Agustus 2009
12.00-17.00 Temu Akbar Rohis Jogja (Tausyiyah, Game, Nasyid, dan Ukhuwah)
19.00-21.00 TRAINING GPQ (Gerakan Pintar Qur’an) oleh Ust. Drs. Mahroji (system mahir dalam 10 jam)
19.00-21.00 Pengumuman Lomba dan Penutupan

Hang Out @ Muslim Fair 2009

Saya dan teman-teman sekamar baru saja pulang dari Gedung Mandala Bakti Wanitatama. Kami bertiga: saya, Dewi, dan Yulia mengunjungi Jogja Muslim Fair 2009. Kami berangkat dari asrama ba’da maghrib (pas adzan isya pada tepatnya, hehe). Alhamdulillah, jalanan kota Jogja di malam hari agak lengang (biasanya rebutan jalan ma Kopata, Aspada, Damri, hehehe), jadi kami bisa berkendara dengan asik sambil menikmati kota Jogja di malam hari.

Sampai di Mandala Bakti, parkiran mobil dan motor sudah penuh (seperti biasa kalau lagi ada even pameran disana pasti tempat parkir selalu full dari pagi mpe malam). Ya, tak heranlah, karena memang kegiatan ini dimulai dari pagi hingga malam hari.

Setelah memarkir kendaraan, kami bergegas memasuki pameran. Dan tadaaa!!!! Stand yang pertama-tama kami masuki adalah stand pakaian…. Namanya juga perempuan, hihihi. Kami melihat dan menyisir stand yang didirikan sepanjang hampir separuh panjang halaman gedung tersebut, siapa tahu ada pakaian atau jilbab atau aksesoris-aksesoris “girly” yang nempel di hati. Setelah seluruh stand tersisir habis, akhirnya saya memutuskan untuk membeli sepotong rok. Yah, nggak bagus-bagus amat sih, tapi lumayan buat mix and match sama pakaian lain yang sudah lebih dulu dipunyai sebenarnya sih lagi nyari padanan yang pas buat kain batik seragam keluarga buesar saya, hehehe, sedangkan Dewi dan Yulia memutuskan untuk tidak membeli barang disitu.

Di akhir stand pakaian, di belokan jalan sebelah kiri kami melihat ada beberapa stand makanan. Hmmmmm…. Aroma yang terkabar lewart angin sudah cukup meyakinkan kami kalau makanan yang dijajakan disitu enak dan sudah pasti halal, jadi kami nggak mampir dengan alasan kesehatan, eh waktu. Di belokan jalan yang kekanan, kami lihat ada satu stand VCD dan buku yang sepertinya mengkhususkan diri pada ranah perjuangan. Kami lihat ada beberapa ikhwan berdiri di depan stand tersebut. Ooo, rupanya mereka sedang asyik menyimak tayangan VCD yang disetel oleh penjaga stand. VCD itu mengisahkan tentang suasana perang yang terjadi di Irak (sepenangkapan kami, dari subtitle yang kami baca sekilas-sekilas). Kami pun berhenti sebentar untuk melihat tayangan tersebut, tetapi lama kelamaan kami merasa ngeri, karena suasana yang ditampilkan memang suasana pada saat perang terjadi, dimana terjadi baku tembak di perumahan. Tergambar, rumah yang tadinya bagus, mewah (bahkan diperlihatkan pula ada AC yang terpasang) menjadi rumah yang sama sekali tidak berharga di tengah peperangan seperti itu. Rumah itu sudah tidak bisa dijadikan tempat tinggal lagi, bahkan untuk berlindung pun tidak… sampai disitu kami beristighfar, merasa ngeri dengan keadaan tersebut, dan kemudian bersyukur, bahwa kami masih menjalani kehidupan yang penuh damai… Terima kasih ya Rabb..

Kemudian kami masuk ke Balai Shinta (kalau tidak salah, hehehe). Mulailah pertarungan antara kocek kami dengan harga buku-buku yang sangat menarik, bisa dipastikan wajah kami mupeng. Kami sibuk hunting buku yang oke dengan harga miring. Sebenarnya saya tertarik juga untuk membeli buku, tetapi karena prioritas saya saat itu adalah bukan buku (pisss….), maka saya memutuskan belum tidak membeli satupun buku. Yulia dan Dewi membeli masing-masing 2 novel dan 1 buku keluaran Zahra Publishing lumayan bisa pinjam, wkwkwkwk. Waktu di stand Togamas, saya ketemu teman lama saya, Orta. Ternyata dia sudah kerja di UGM. Turut senang deh.

Oya, waktu kami masuk Balai Shinta, ternyata baru saja mulai acara bedah buku Pro-U Media “Lelaki Penggenggam Kairo” dengan pembicara Ustadz Abdullah Sunono dan Ustadz Dwi Budiyanto. Kami juga baru tahu, ternyata kami ketinggalan momen langka di hari ini, yaitu tabligh akbar bersama Ustadz Abu Bakar Baasyir yang diselenggarakan pagi hingga siang hari tadi. Huuuhuuuhuu sedih deh, tapi nggak papalah, namanya juga nggak tahu.Semoga bisa di lain kesempatan.

Akhirnya setelah puas menyusuri stand-stand buku, VCD, dan lain-lain yang digeber dalam satu balai, kali memutuskan untuk pulang. Khawatir juga kami, nanti sampai asrama semoga Pak Sigit belum ngunci gerbang, atau kalau gerbang sudah dikunci, semoga beliau mau membukakan gerbang untuk kami. Hehehe.

Alhamdulillah, setelah beli nasi goreng di penyetan dekat kampus analis langganan kami, kami sampai di asrama dengan selamat dan gerbang belum ditutup. Pak Sigit baik, nungguin kami pulang kali ya, wkwkwkwk.

Acara pergi bareng ditutup dengan makan nasi goreng bareng di kamar. Setelah makan, kamipun bubar jalan.